TEORI LEMPENG TEKTONIK DAN PERSEBARAN GUNUNG API DAN GEMPA BUMI


TEORI LEMPENG TEKTONIK DAN PERSEBARAN
GUNUNG API DAN GEMPA BUMI
a.      Teori Lempeng Tektonik
Teori Tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.[1]
Kerak bumi terbagi menjadi lempengan-lempengan. Ada lempengan benua yang besar dan ada yang kecil. Diantara lempengan-lempengan itu terdapat retakan-retakan besar kerak bumi. Lempengan-lempengan itu bergerak perlahan-lahan ke arah permukaan bumi. De beberapa tempat, lempengan-lempengan tersebut bergerak saling menjauh dan dibeberapa tempat lain lempengan itu bergerak saling mendekat dan bertabrakan.[2]
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya.
  • Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
  • Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
Berikut adalah lempeng-lempeng utama yang ada dipermukaan bumi:
·         Lempeng antartika
·         Lempeng Indo-Australia
·         Lempeng pasifik
·         Lempeng afrika
·         Lempeng amerika
·         Lempeng eurasia[3]

Batas-batas Lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.      Batas Divergen
DivergenTerjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.[4]
Terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen.[5]
Pada batas-batas dimana antar lempeng saling menjauh terdapat beberapa fenomena sebagai berikut:
a.       Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa dan hamparan leleran lava yang encer.
b.      Renggangnya lempeng.
c.       Aktivitas gempa didasar laut dan sekitarnya.
d.      Pembentukan tanggl dasar samudra disepanjang tempat perenggangan lempeng.
2.      Batas Konvergen
Batas konvergen ialah batas lempeng-lempeng yang saling mendekat dan menyebabkan tumbukan dimana...salah satu dari lempeng akan mengalami penunjaman (menyusup) ke bawah lempeng yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman lempeng membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dalam pergerakan lempeng ini, lempeng bergerak hanya beberapa sentimeter setiap tahun, sehingga benturan yang terjadi sangatlah lambat dan berlangsung selama berjuta-juta tahun.[6]
3.      Batas Sesar Mendatar
Batas sesar mendatar terjadi karena adanya pergeseran dari dua lempeng dengan arah yang berlawanan. Pergerakan ini tidak menimbulkan kehilangan atau bermunculan kerak bumi, tetapi disepanjang daerah tersebut ditandai dengan adanya keretakan. Pada batas ini sering terjadi kerusakan hebat berhubungan dengan kegiatan gempa, sebab fokus gempa yang terjadi relatif dangkal.
b.      Persebaran Gunung Api dan Gempa Bumi
1.        Gunung Api
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.[7]
Dalam aktivitas gerak lempeng tektonik, pada tepian lempeng tersebut umumnya muncul aktivitas vulkanisme dan gempa bumi. Benarkah dan bagaimana itu bisa terjadi? dari lempeng-lempeng yang bergerak adalah merupakan rangkaian gunungapi atau juga terdapat titik-titik pusat gempa. Pola dan sebaran gunungapi serta gempa bumi tersebut tentunya tidak terlepas dari keterkaitannya dengan proses alam lainnya, yaitu akibat gerak mendatar lempeng-lempeng, baik secara tumbukan (konvergen), divergen, maupun berpapasan.
Saat ini gunungapi yang aktif di dunia berjumlah 500 sampai 600 buah yang tersebar di tiga tempat utama, yaitu sebagai berikut:
a.       Di sekitar Samudera Pasifik (sekitar 62%) dengan rincian sekitar 45% tersebar dikepulauan Pasifik Bagian Barat dan 17% di daerah pinggiran Pasifik Utara dan Pasifik Selatan.
b.      Di Indonesia (14%). Terletak memanjang membentuk jalur pengunungan aktif sepanjang 7.000 - 7.500 km dan lebar 50 - 200 km, mulai dari Aceh di ujung barat hingga Halmahera di ujung timurnya.
c.       Sisanya tersebar di busur kepulauan dan pinggiran Amerika di Pasifik. Sekitar 3% terletak di Pasifik Tengah (Hawaii dan Samoa), 1% terdapat di pulau-pulau di Samudera Hindia, 13% di Atlantik (Azores, Cape Verde Island, Kanada, dan Medeira yang merupakan gunungapi bawah laut), dan 7% tersebar di Mediteran dan Asia Kecil Utara. Sekitar 4%-nya terletak di tengah benua dan dikenal sebagai African Rift System.
Gunungapi tersebut sebagian besar terdapat di daratan, yaitu sekitar 83%, sedangkan sisanya tersebar sebagai gunungapi bawah laut atau dinamakan sub marine volcano. Penyebarannya mengikuti jalur-jalur memanjang, yang diduga ada kaitannya dengan rekahan-rekahan kulit bumi.
Jalur I merupakan jalur gunungapi yang mengikuti jalur pegunungan lipatan di sepanjang pinggiran Pasifik, terus menyambung melalui Pegunungan Andes, Amerika Tengah, Meksiko, Amerika Bagian Barat, dan Kanada, Alaska, Asia, Kamchatka, Jepang, Filipina, Indonesia Timur, Kepulauan Melanesia, dan Selandia Baru. Di sebelah barat, di sepanjang pinggiran benua Asia dan Afrika, deretan gunungapinya mengikuti rangkaian kepulauan dan sisanya membusur ke samudera. Batas antara rangkaian pulau-pulau tersebut dan Samudera Pasifik masing-masing mempunyai sifat dan keadaan geologi mulai dari sebelah timur pulau-pulau Bouier dan Mariana di utara Irian (Papua), melewati Kepulauan Solomon dan berakhir di Kepulauan Tonga dan Karnadek.
Jalur II merupakan daerah gunungapi yang tak sempurna mengikuti jalur pegunungan lipatan muda. Mulai laut tengah hingga ke Asia Kecil dan Kepulauan Indonesia. Jalur ini di bagian timur Asia dipotong oleh deretan pegunungan tinggi Asia. Gunungapi bawah laut pada jalur ini ditemukan di beberapa tempat, antara lain di Laut Tengah, yaitu antara Sisilia dan Tunisia, di daerah Kepulauan Lipari dekat pesisir Arakan dan di Indonesia.
Aktivitas gunung api merupakan sebab utama adanya sebaran panas bumi, terutama hidrotermal. Batuan pemanas dari aktivitas vulkanisme akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air. Panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar aktif kadang-kadang berfungsi pula sebagai sumber panas. Seperti sumber-sumber mata air panas di daerah sekitar gunungapi di sepanjang jalur sesar aktif Palu - Koro, di Sulawesi.[8]
Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, tetapi yang masih aktif kira-kira 80 gunung saja. Gunung-gunung tersebut digolongkan atas 3 barisan, yakni:
2.   Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – sekitar laut banda
3.   Halmahera dan Pulau-Pulau disebelah baratnya.
4.   Sulawesi Utara – Pulau sangihe – Pulau Mindanao.
Beberapa gunung berapi di Indonesiayang sangat berbahaya letusannya adalah Gunung Tambora di pulau sumbawa yang meletus tahun 1815, Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883, gunung kelud yang meletus tahun 1919, gunung merapi yang meletus tahun 1930, Gunung Agung yang Meletus tahun 1962/1963 dan gunung galunggung yang meletus tahun 1982.
Ada tiga sistem pokok persebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia, yaitu:
·         Sistem Sunda
·         Sistem Busur Tepi Asia
·         Sistem Sirkum Australia.
2.      Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia.skala rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa bumi terbesar bersejarah besarnya telahvlebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli .[9]
Indonesia adalah daerah pertemuan rangkaian sirkum mediterania dan rangkaian sirkum fasifik, dengan proses pembentukan pegunungan yang masih berlangsung. Oleh sebab itu, di indonesia banyak terjadi gempa bumi.
Pusat Gempa didalam Bumi disebut Hiposentrum. Mulai dari Hiposentrum ini getaran diteruskan kesegala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang sangat dalam dan ada yang dangkal.
Untuk keperluan pemetaan, maka pemetaan dapat dilakukan setelah terjadinya gempa. Pada gempa ada beberapa macam garis yang dikenal, yakni sebagai berikut:
a.       Homoseista
b.      Isoseista
c.       Pleistoseista
Proses perambatan gempa bumi melalui tiga macam getaran:
a.       Getaran Longitudinal
b.      Getaran Transvertal
c.       Getaran Gelombang Panjang
Gempa bumi ada yang mempunyai kekuatan besar dan ada yang mempunyai kekuatan kecil. Dilihat dari intensitasnya, ada dua macam gempa yakni:
a.       Makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa alat.
b.      Mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat saja.
Menurut sebab terjadinya, gempa ada tiga macam:
a.       Gempa Runtuhan
b.      Gempa Vulkanis
c.       Gempa Tektonis.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
[2] Geografi SMA jilid 1
[3] LKS Geografi KTSP
[4] http://earlfhamfa.wordpress.com/2009/03/21/tektonik-lempeng/
[5] http://dony.blog.uns.ac.id/2010/06/25/jenis-jenis-batas-lempeng/
[6] http://geologikita.blogspot.com/2008/12/batas-lempeng-konvergen.html
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi
[8] http://www.sentra-edukasi.com/2011/09/gejala-lempeng-tektonik-persebaran.html
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi

Geografi Jagad Raya Dan Tata Surya

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA
A.    Jagad Raya
1.      Pengertian Jagad Raya
Telah diketahui bahwa didalam antariksa atau jagad raya terdapat ribuan galaksi-galaksi lain yang merupakan kepulauan-kepulauan bintang, dan salah satu diantaranya adalah Jalan Susu atau Atau Kali serawu atau Bima sakti. Jelaslah, bahwa susuna atau isi jagad raya adalah kabut-kabut ekstta galaksi, sedang bintang-bintang atau benda langit hanyalah kelompok kabut ini. Jadi, Jagad Raya adalah ruangan yang maha luas, yang tak dapat diketahui atau dibayangkan luasnya. Namun demikian, menurut para ahli dari hasil penelitian mereka dapat menyatakan bahwa ruangan jagad raya ini luasnya ada batas-batasnya juga, bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai.[1]
Jagad raya merupakan tempat berkumpulnya benda-benda angkasa. Dalam kehidupan sehari-hari, jagad raya juga dikenal dengan sebutan alam semesta. Jagad raya mencakup bintang (seperti Matahari), planet-planet, satelit dan benda-benda langit lainnya.[2]
Jagat raya adalah istilah lain dari alam semesta. Jagat raya adalah sebuah ruang tempat segenap benda langit berada, termasuk bumi tempat manusia hidup. Di jagat raya terdapat bermilyar-milyar bintang, planet-planet, komet,meteor. Selain itu di jagat raya juga terdapat debu, kabut dan gas.[3] Jagad Raya juga diartikan sebagai ruangan yang maha luas, yang tak dapat diketahui atau dibayangkan luasnya. Jagad raya diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai serta terdiri atas galaksi-galaksi atau sistem-sistem bintang yang jumlahnya ribuan.[4]
Luas Jagad Raya tidak terbatas. Hingga saat ini kemampuan manusia melalui Ilmu Pengetahuan dan teknologi belum dapat membuktikan dimana ujung atau dinding ruang jagad raya tersebut. Untuk mengukur luasnya jagad raya, terlebih dahulu kita mengukur luasnya masing-masing benda angkasa. Hal ini tidak memungkinkan, karena benda angkasa yang menempati jagad raya jumlahnya sangat banyak.
2.      Teori-teori asal mula Jagad Raya
Banyak teori-teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya jagad raya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Teori Jagad Raya Mengambang
Edwin Hubble melakukan pengamatan terhadap galaksi-galaksi yang letaknya sangat jauh. Galaksi-galaksi ini selalu bergerak menjauhi pusat jagad raya dengan kecepatan yang tinggi. Antar Galaksi jaraknya pun semakin bertambah setiap saat. Hal ini berarti bahwa jagad raya tidaklah statis akan tetapi terus mengalami perkembangan.
b.      Teori Big Bang (Teori Dentuman Besar)
Teori Dentuman Besar menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari suatu ledakan dahsyat (Big Bang) dan galaksi akan meluas tanpa batas. Teori lahir dari pemikiran ahli fisika Amerika (George Gamow). Ia mengatakan bahwa pada mulanya, alam semsta ini seperti bola raksasa yang sangat padat. Bola raksasa ini terdiri dari neutron dan tenaga pancaran yang disebut ‘Ylem” (diucapkan ‘ailem’). Sekitar 18 milyar tahun yang lalu, ylem ini meledak dahsyat. Bola mengembang sehingga berkurang kepadatannya dan turunlah suhunya dari milyaran derajad hingga jutaan derajad. Pada suhu sekitar 60 juta derajad semua neutron berubah menjadi proton dan elektron. Bersamaan dengan suhu yang menurun, terbentuklah semua unsur yang ada di alam sekarang ini. Pada suhu sekitar 300 derajad semua unsur berubah menjadi gas. Gumpalan gas inilah yang menjadi awal dari sebuah galaksi. Pengertian lebih lanjut tentang teori BIG BANG :
Big Bang dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadahsyat yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun lalu. Ledakan ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini kemudian yang kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya dialam semesta ini.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Big-Bang dan Alam Semesta yang Mengembang
Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat,
Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari suatu ledakan sangat besar pada suatu saat di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.
Berbagai macam energi yang ada di Alam Semesta ini jika ditelusuri adalah berasal dari energi Big Bang, yaitu energi pada saat penciptaan. Jumlah total seluruh energi di Alam Semesta ini adalah tepat nol.
c.       Teori Keadaan Tetap
Teori Keadaan Tetap menyebutkan bahwa alam semesta selalu memuai dengan laju tetap dan materi baru terus menerus tercipta. Akibatnya, dalam ruang tertentu selalu dipadati oleh materi yang berjumlah tetap. Teori ini diajukan oleh ahli kosmologi bangsa Inggris (Fred Hoyle, Herman Bondi dan Thomas Gold). Dikatakan bahwa alam semesta ini tak berawal dan tak berakhir. Di mana-mana sama setiap saat. Agar alam semesta selalu dalam keadaan begitu maka perlu diciptakan bahan baru secara sinambung. Bahan baru ini menimbulkan tekanan yang memaksa alam semesta memuai secara terus-menerus. Bahan baru tersebut selanjutnya memadat menjadi galaksi untuk mengisi kekosongan yang ditimbulkan karena pemuaian.
d.      Teori Berayun
Tampaknya Teori Alam Semesta yang Berayun merupakan kelajutan dari teori Dentuman Besar. Para ahli menemukan bahwa gerak galaksi yang saling menjauh itu menunjukkan tanda-tanda makin melambat. Pelambatan ini menghasilkan suatu spekulasi bahwa alam semesta ini melengkung positif. Apabila benar demikian maka berarti alam semesta ini tak bertepi tetapi tidak tanpa batas. Sehingga, pada suatu waktu semua materi akan berhenti dan mulai mengerut lagi sebagai akibat gaya (tarik) gravitasi. Semua materi akan termampat lagi menjadi sebuah bola raksasa dan selanjutnya akan meledak lagi. Terbentuklah alam semsta seperti yang kita alami saat ini. Selama proses mengembang dan mengkerut, memampat dan meledak tiada materi yang rusak atau tercipta, melainkan hanya beubah tatanannya.
Hingga sekarang teori dentuman besar (BIG BANG ) merupakan teori yang paling kuat tentang asal-usul Jagat Raya.
3.      Angota-anggota Jagad Raya
a.       Galaksi
Galaksi adalah tata bintang. Galaksi kita dikenal dengan Bima Sakti. Dalam galaksi kita kira-kira terdapat 200 milyar bintang.Bima Sakti berbentuk spiral (gulungan), tetapi karena Bumi terletak di dalam galaksi, kita melihatnya sebagai pita kabur berisikan bintang-bintang. Bima Sakti kira-kira terbentang selebar 100000 tahun cahaya, dan bagian tengahnya kira-kira setebal 15000 tahun cahaya. Tata surya kita terletak sekitar 30000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
1)      Ciri-ciri Galaksi
·         Galaksi mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya pantulan.
·         Galaksi-galaksi lainnya dapat terlihat berada di luar galaksi Bimasakti
·         Jarak antara galaksi yang satu dengan yang lainnya jutaan tahun cahaya
·         Galaksi mempunyai bentuk-bentuk tertentu, misalnya: bentuk spiral, bentuk elips, danbentuk tidak beraturan (irregular galaxis).
2)      Bentuk-Bentuk Galaksi
·         Elips
·         Spiral
·         Tak Beraturan
3)      Jenis-Jenis Galaksi
·         Galaksi Bimasakti
Pusat galaksi di arah rasi Sagitarius. Bintang-bintang utama dalam rasi Sagitarius ditandai dengan titik merah. Tampak bahwa terdapat penampakan seperti bayangan hitam di tengah yang dikelilingi oleh semacam “aura” cemerlang. Bayangan hitam itulah yang menjadi asal usul nama “Bima Sakti”.
Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti “susu”) adalah galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar 1012 massa matahari, yang memiliki 200-400 milyar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya. Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima sakti terdapat sistem Tata Surya, yang didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit, jadi telah 20–25 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya. Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah “Bima Sakti” berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya sebagai bayangan hitam yang dikelilingi semacam “aura” cemerlang. Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya “milky way” sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau “aura” cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.[5]
Galaksi Bima sakti ditemukan oleh astronom Inggris William Hershel pada tanggal 18 Juli 1783. Galaksi Bima sakti terdiri dari 400 miliar bintang dengan garis tengah sekitar 130.000 tahun cahaya.
Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi. Dan dinamakan sebagai berikut:
Ø  Lengan Orion atau Lengan Lokal
Ø  Lengan Cygnus atau Lengan Luar
·         Galaksi Magellan
Gugus bintang ini disebut kabut Magellan, karena ditemukan oleh Magellan pada tahun 1519, berupa galaksi-galaksi yang terletak di konstelasi Dorado dan Tucan.
·         Galaksi Ursa mayor
Berjarak 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi bima sakti. Bentuk galaksi ursa mayor adalah elips dan rapat.
·         Galaksi Jauh
Galaksi jauh adalah galaksi Silvery, Triangulum, dan whirpool. Galaksi-galaksi yang terletak lebih dari 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi bima sakti termasuk galaksi jauh.
·         Galaksi Andromeda
Galaksi Andromeda dengan nama lain Messier 31, M31, atau NGC 224 adalah salah satu galaksi di luar galaksi Bima Sakti yang dapat dilihat dengan mata telanjang, asalkan dilihat pada malam yang cerah, tanpa bulan dan tanpa polusi cahaya. Strukturnya mirip dengan galaksi Bima Sakti yaitu berbentuk spiral. Jaraknya sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Letaknya di langit adalah di belahan langit utara, sekitar 41 derajat di sebelah utara khatulistiwa langit, baik diamati sekitar bulan September, Oktober, November. Dengan mata telanjang, galaksi ini nampak seperti kabut tipis kecil di langit utara, tapi jika diamati dengan teropong yang dapat menampakkan bintang bintang redup di tepian galaksi Andromeda, ternyata ukuran Andromeda bisa lebih dari 7 kali diamter sudut bulan. Galaksi ini berisi sekitar 1 triliun bintang, dan bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 300 km/detik.[6]
·         Galaksi Mata Hitam (Black Eye)
Observasi mutakhir yang dilakukan teleskop ruang angkasa Hubble telah mengungkap rahasia dari sebuah galaksi raksasa yang dikenal dengan sebutan "Si Mata Hitam" (Black Eye) atau "Evil Eye" (Mata Kejahatan). Rupanya tabrakan dari dua sistem perbintangan masa lalu telah membuat Evil Eye memiliki kenampakan unik dan pergerakan bintang yang aneh.
Evil Eye, atau dalam dunia astronomi dikenal sebagai galaksi M64, memiliki cincin kabut berwarna gelap di sekeliling intinya yang terang benderang. Kabut gelap itu terlihat misterius dan menyeramkan sehingga M64 dijuluki sebagai ’Si Mata Kejahatan’.
b.      Bintang
Bintang merupakan benda langit yang mempunyai cahaya sendiri akibat reaksi inti di dalamnya. Cahaya bintang terdiri atas gas berpijar yang jika diamati mengeluarkan cahaya dengan warna yang berbeda, ada yang putih kebiru-birua, merah, atau kekuning-kuningan. Menurut hukum Fisika, bintang yang memiliki cahaya putih kebiru-biruan memiliki temperature yang tinggi, semakin kemerahan atau kuning maka temperaturnya semakin rendah. Dengan mempelajari bab ini maka kita mengetahui bagaimana proses terbentuknya Jagat Raya, anggota Jagat Raya seperti Galaksi dan bintang, dan lain-lain yang masih menjadi misteri sampai saat ini.
B.     Tata Surya
1.      Pengertian Tata Surya
Tata surya merupakan suatu susunan yang terdiri dari matahari sebagai pusat dan plenat planet beserta benda-benda lain yang mengelilinya. Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.[7]
Tata surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk sembilan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai, dan satelit-satelit alami.[8]
2.      Anggota-anggota Tata Surya
1.      Matahari
     Matahari adalah pusat dalam tata surya kita dalam teori haliosentris yang diakui selama ini. Matahari merupakan sebuah bintang karena dapat menghasilkan cahaya sendiri. Matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan bumi, tapi, matahari sebenarnya tidaklah terlalu besar dengan ‘hanya’ berjari-jari 696.000.000 m dibandingkan dengan bintang-bintang lain yang berjarak jutaan tahun cahaya dari bima sakti.
2.      Planet
Planet merupakan anggota tata surya yang berukuran besar. Selain berevolusi, planet juga melakukan rotasi. yaitu berputar pada sumbunya. Semua sumbu rotasi planet hampir mendekati tegak lurus terhadap bidang orbitnya, kecuali sumbu rotasi planet Uranus. Sumbu rotasi planet Uranus hampir sejajar terhadap bidang orbitnya. Setiap planet mempunyai periode revolusi dan rotasi tertentu. Sampai sekarang, jumlah planet anggota tara surya yang telah diketahui ada 9 buah. Planet-planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus., Neptunus dan pluto.

 3.      Komet
Arti kata komet adalah si rambut panjang. Komet merupkan anggota tata surya yang mempunyai orbit sangat lonjong. Jumlah komet banyak sekali. Orbit komet membentuk sudut terhadap ekliptika. Oleh karena itu, periode komet sangat besar. Itulah sebabnya, komet terlihat pada selang waktu yang sangat lama.
4.      Asteroid
Di antara orbit planet Mars dan Yupiter terdapat lebih dari seratus ribu benda-benda langit. Di antara benda-benda tersebut yang sudah dapat diidentifikasi kira-kira 2.000 jenis. Benda-benda tersebut dinamakan asteroid. Asteroid artinya yang menyerupai bintang. Sifat benda-benda tersebut diduga sama dengan planet. Hanya, ukurannya lebih kecil. Oleh karena itu, asteroid juga sering disebut planetoid
5.      Meteorid
Di angkasa terdapat benda langit yang jumlahnya tak terhingga. Benda itu ukurannya kecil dan orbitnya tidak beraturan. Benda-benda tersebut disebut meteoroid. Meteoroid yang meluncur ke bumi dan mengeluarkan lintasan cahaya disebut meteor. Lintasan cahaya itu terjadi karena adanya gesekan dengan atmosfer bumi Walaupun jarang sekali terjadi, meteoroid tersebut ada juga yang sampai ke permukaan bunii (tidak habis terbakar). Meteoroid yang sampai ke permukaan bumi disebut meteorit. Meteorit ini dapat menimbulkan gempa bumi dan kawah yang besar.




[1] Geografi SMA jilid 1
[2] LKS Geografi KTSP
[3] http://nurazkun.blogspot.com/2008/12/pengertian-jagad-raya.html
[4] http://blackroses16.wordpress.com/2009/06/13/maii-next-geograph-jagad-raya-dan-tata-surya/
[5] http://blackroses16.wordpress.com/2009/06/13/maii-next-geograph-jagad-raya-dan-tata-surya/
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Galaksi_Andromeda
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya
[8] http://kikidengok.wordpress.com/2009/02/12/pengertian-tata-surya/

PSIKOLINGUISTIK   PENGERTIAN Secara etimologis, istilah psikolingustik berasal dari dua kata yaitu, Psikologi dan Linguistik. Kedua kata...